The Whitest Boy Alive Guest became Replacement
Gedung RRI Bandung, Jl. Diponegoro No. 61 l December 6th, 2008
Baiklah. Ini adalah peletakan bongkah batu pertama penanda resureksi yang saya janjikan hampir satu bulan sebelumnya. Sebenernya, bagi kalian yang tinggal di Jogja, liputan iseng ini bisa kalian baca di DAB Free Music Magazine #5.
Saya memastikan diri berangkat ke Bandung untuk menghadiri Jens Lekman Kortedela Beauty Centre Tour 2008 karena mendapat SMS dari seorang kawan, Juwita namanya, bahwa The Whitest Boy Alive (WBA) juga akan tampil bersama. Sekedar info, WBA adalah band side project folk-dance/indiepop asal Jerman oleh para musisi yang sudah eksis seperti Erlend Oye (guitar and vocals), Marcin Oz (bass), Sebastian Maschat (drums), Daniel Nentwig (rhodes and crumar).
Sayang sekali, Jens Lekman, solois indiepop asal swedia yang batal datang karena terhambat masalah Flight di RRC. Namun acara tetap berlangsung dengan WBA beralih sebagai bintang utama dan venue tetap sesak. Band-band indie lokal
Astrolab,
Hollywood Nobody,
dan Homogenic
Malam itu WBA tampil dengan sangat memukau. Penampilan WBA penuh improvisasi, komunikatif, atraktif, dan set instrumen di stage yang tak biasa (menempatkan semuanya sejajar di depan) membuat sangat sulit sekali bagi saya dan ratusan crowds untuk tidak terkesan dengan aksi panggung WBA malam itu. Berkali-kali saya terangguk jumawa tak terkendali bahagia dengan keberuntungan tersebut. Bahkan Erlend Oye sempat menarik tangan salah seorang crowd wanita untuk berdansa bersamanya di atas stage. Unforgettable show, anyway.
Selanjutnya saya akan lebih membahas tentang kesenangan-kesenangan hedonis sehari-hari saya, seperti ; film yang saya anggap bermutu, proses kreatif pada beberapa lirik, cerpen, atau puisi bodoh saya, buku yang saya baca, tempat-tempat yang memukau, dan bla bla bla yang saya inginkan kalian tahu dengan atau tanpa kalian butuhkan atau pun inginkan.