2009/06/19
2009/06/15
Untitled
Kadang saya bertanya pada cermin tentang nubuat dan nishbat identitas, atau arti penting yang menyokongnya. Apa penting sebuah identitas ? jika identitas sendiri mulai rancu karena bahan baku dasarnya terbentuk oleh alienasi. Apa arti penting identitas ? jika ternyata identitas itulah penyebab suburnya sistem feodal. Apa arti penting identitas ? jika identitas adalah alat eksistensi individu atau sekolompok tertentu untuk menguasai kelompok lain, dengan kata lain substansi terpenting pembentuk hegemoni. Lalu masih pentingkah kita mengejar identitas? jika identitas merupakan alat legitimasi para tiran...hmmm sublimitas yang tak terpisah bagai dua sisi keping matauang, paradoks yang perdebatannya tak habis-habis.
skip!!!
hahahahahaha.
Florence And The Machine
Entah kenapa, penyanyi wanita selalu terlihat menarik bagi saya. Mungkin karena ke-lakilaki-an saya atau memang wanita memiliki hal yang lebih daripada pria dalam hal emosi, penjiwaan, dan tentunya sensualitas (hmmm). Suara wanita lebih fleksibel jika bereksplorasi, saat memekik maupun mendesah. Mungkin juga hal-hal tersebut yang menjadikan adanya fatwa suara wanita adalah aurat.
Florence And The Machine adalah nama recording dari Florence Welch dan kolaborasinya dengan beberapa artis sebagai pemain musik pengiring suaranya. Florence di-DO dari Institut Seni Camberwell, London. Secara general musikalitas Florence and the Machine mengacu pada indie/folk/(early) soul. Tidak terlalu istimewa dalam hal musikalitas sebenarnya, namun jangan ragukan suara emas dan aksi panggungnya.
Ulah gila Florence
Bagi kalian para vokalis yang butuh refresensi bernyanyi berdasar kaidah dan sunnah bernyanyi yang baik dan benar, cobalah!!!
Download Link:
http://www.mediafire.com/download.php?j24ntnwme0o
http://www.4shared.com/get/83507480/b13d0883/Florence_And_The_Machine.html
2009/06/13
or "Art"grarian nor Agrarian
Tuntutan redaksi lovehatelifeinthemachine yang serba personal menjangkit epidemi burung hantu. Sang editor mulai sok ber-deadline, sang kontributor malah sibuk wirawiri tak jelas melirik para nona berbusana eksotis Hippies, sedang saya terjebak dalam substansi-substansi kultural.
Melongok pada kolam ikan dan arsitektur kepahitan, akhirnya memang terlintas bahwa puncaknya adalah dekadensi akademis. Merayakan kemanusiaan menjadi terlalu berbelit-belit. Tapi, tak apalah! demi identitas, superego, dan hal besar berupa eksistensi. Saya mulai harus mendesain korelasi euforis antara berkesenian dan ber-sains.
Beberapa hal yang menginspirasi saya adalah:
1) Memang tak bisa saya melepaskan nama sang Maestro Leonardo Da Vinci bersama rasio ajaibnya pada Vitruvian Man
Melongok pada kolam ikan dan arsitektur kepahitan, akhirnya memang terlintas bahwa puncaknya adalah dekadensi akademis. Merayakan kemanusiaan menjadi terlalu berbelit-belit. Tapi, tak apalah! demi identitas, superego, dan hal besar berupa eksistensi. Saya mulai harus mendesain korelasi euforis antara berkesenian dan ber-sains.
Beberapa hal yang menginspirasi saya adalah:
1) Memang tak bisa saya melepaskan nama sang Maestro Leonardo Da Vinci bersama rasio ajaibnya pada Vitruvian Man
Vitruvian Man - Leonardo Da Vinci
beserta seluruh jajaran seniman Renaissance lainnya.
2) Syahdan dan Ali Baba, saya tak habis takjub dengan video berikut
3) Atau menengok kembali sejarah musik eksperimental kota Jogja milik Jompet dan Venzha, Garden of the Blind. Mereka mampu menciptakan alat musik digital dengan sensor gerak. Memberdayakan perkakas-perkakas hasil industri yang tak banyak peduli bahwa benda-benda tersebut adalah amunisi musik dan art perform.
Serta masih banyak lagi ruang-ruang menyenangkan dengan New Media Art.
***
Beberapa hal di atas ternyata cukup menginjeksi saya untuk tidak lekas menyerah melanjutkan program studi saya, Teknik Industri. Meski beberapa materi kuliah bertentangan dengan hati nurani, surat peringatan DO sudah melayang dua kali, dan disiplin multideterministik yang membuat saya susah bernafas.
Karena saya yakin, masih banyak ladang untuk bercocok seni.
Karena saya yakin, masih banyak ladang untuk bercocok seni.
2009/06/11
Dinosaur Jr - Farm
Myspace
Album baru (kesembilan) dari Trio dedengkot american indierock/lofi akan dirilis 23 Juni ini. Bertajuk Farm, berisi 12 track lagu, album ini bernaung di bawah label Jagjaguar. Masih bermain pada distinct sound amukan feedback dan badai distorsi (sound yang menjadi pengaruh dalam bermusik Cobain,Nirvana).
Pre-order dapat kalian lakukan via Myspace mereka dan atau situs penyedia lainnya (amazon dll).
Album baru (kesembilan) dari Trio dedengkot american indierock/lofi akan dirilis 23 Juni ini. Bertajuk Farm, berisi 12 track lagu, album ini bernaung di bawah label Jagjaguar. Masih bermain pada distinct sound amukan feedback dan badai distorsi (sound yang menjadi pengaruh dalam bermusik Cobain,Nirvana).
Pre-order dapat kalian lakukan via Myspace mereka dan atau situs penyedia lainnya (amazon dll).
Namun oh namun, saya adalah termasuk orang yang tak beradab dan pecinta copyleft. Meskipun copyleft sendiri memiliki prosedur-prosedur tertentu. Tapi saya tak peduli, dan setelah sukses menemukan link download gratis, ya, saya prefer mengunduhnya cuma-cuma. Kedoknya, tindakan prefentif, karena biasanya di Indonesia susah didapatkan CD-nya dan bila harus membeli di Amazon keribetan tak punya kartu kredit menyusahkan saya. hehehehe. Nevertheless, I would search and buy then if their new band's CD was in Indonesia.
Download Link:
Here
Benchmark: Pixies, Nirvana, (early) Sonic Youth
2009/06/09
Vermillion Lies
Berbahagialah jika kalian pecinta band ciamik The Dresden Dolls (cabaret - punk/art) era sebelum album "Yes, Virginia", karena ada wadah permainan (band) lain yang tak kalah menyenangkan juga memainkan cabaret dengan tak biasa. Berasal dari Oakland, California, mereka telah menjelma menjadi salah satu band yang cukup diperhitungkan. Band terdiri dari dua orang bersaudara, Zoe Boekbinder dan Kim Boekbinder. Pepaduan alat-alat aneh mulai dari gitar, accordian, toy xylophone, dsb (banyak sekali) hingga panggangan BBQ juga diolah menjadi bunyi-bunyian yang menarik. Lirik-lirik dark, but not common dark. Dan lebih menyenangkan lagi adalah, kalian bisa mendownload album-album mereka secara gratis di website resmi mereka.
Enjoy these!
2009/06/04
Friday Night Overcome
Starcrose and Konsijahat Syndicate
Efek Rumah Kaca Promo album Kamar Gelap
Amphitheater Taman Budaya, Yogyakarta. Jumat, 29 Mei 2009.
all photos taken by Bondan Wahyutomo; Poster Artwork Created by Nurify
Efek Rumah Kaca Promo album Kamar Gelap
Amphitheater Taman Budaya, Yogyakarta. Jumat, 29 Mei 2009.
all photos taken by Bondan Wahyutomo; Poster Artwork Created by Nurify
Sebuah promo album yang ganjil mengingat sebelumnya mereka pernah promo album kedua di Jogja akhir tahun lalu. Entahlah tampaknya, ada gejala mulai terbuka “pintu makan” (baca industri yang katanya independent) bagi scene indie di kota Jogja. Mulai dari reservasi tiket, limitasi, hingga harga yang naik secara periodikal, semuanya terkemas dalam lembaga Event Organizer bernama Kongsi Jahat Syndicate. Menandakan bahwa event indie yang mulai “modern”.
Well, mengenai acara, tepat pukul 19.30 acara dimulai. Sangat-sangat sedikit terlambat dari yang dijadwalkan pukul 7 pm karena biasanya event sering molor lebih lama. Menarik, karena crowds juga sudah banyak yang datang. Hal yang langka terjadi bila band-band lokal Jogja sendiri yang akan perform. Sekali lagi saya berkata “entah”, karena tujuan apresiasi local scenester terhadap band-band dari kota mereka sendiri tak se-cult terhadap band-band dari Bandung dan Jakarta.
Dibuka oleh penampilan band lokal Rizky Summerbee & the Honeythief (70’s psychecelic/progressive art rock/jazz/folk/blues).
Mereka adalah band yang semua personelnya “sekolah”. Jadi tak heran jika mereka benar-benar paham tentang teori,meramu, meracik, mementaskan musik, hingga menulis lirik dengan sangat baik. Amat baik. Pattern nada yang berubah-ubah pada setiap lagu. Mengaduk-aduk intelegensia dan kadang membuat kita mengernyitkan dahi saat mulai berusaha mencernanya atau malah membuat kita tak peduli sama sekali dengan mendengarkannya sambil lalu. Mereka membawakan lagu-lagu dari album mereka “the Place I Wanna Go”.
Kemudian dilanjutkan Melancholic Bitch (indie/pop/trip-hop/sky-pop).
Kalo yang satu ini mah tak perlu diragukan lagi. Eksistensi di musik untuk tetap memilih jalur pop-underground selama 10 tahun lebih, bukanlah hal yang sepele.Amiiin. mereka membawakan lagu-lagu dari album kedua mereka, Balada Susi dan Joni, yang rilis awal tahun 2009. Keseluruhan lagu yang mereka bawakan berbahasa Indonesia yang memukau. Absurd, rumbling, random, mistis, dan suram, itulah impression yang selalu saya temukan saat mendengarkan lagu-lagu mereka. Emosi saya terkuras habis menyaksikan dan mendengarkan mereka. ditambah lagi pembawaan Ugo (vokalis) yang full and total comprehension di panggung. Menciptakan atmosfer mistis tak karuan, saya merinding dan ejakulasi di tempat bertubi-tubi.
Dan puncaknya adalah Efek Rumah Kaca. Mereka membawakan 15 lagu lebih, baik dari album ke-1 dan ke-2. well, penampilan mereka secara keseluruhan biasa. Bagi saya tidak terasa se-nikmat saat bersenggama pertama kali di Mes56 beberapa waktu lalu. Hal tersebut karena 1) faktor venue yang yang membatasi. Tampaknya kurang cocok jika menyaksikan perform mereka tanpa mendekat dan ber-sing along. 2) Rundown yang kurang pas karena meletakkan ERK setelah dua band yang trengginas sebelumnya.
Setelah selesai, dilanjutkan sesi foto-foto bersama artis. Tapi saya malas hehehehhe.
oya, hampir kelupaan disebut. Sepanjang acara berlangsung juga ada screening art visualisation karya Eko Nugroho yang sangat menarik.
Dan coba hitung!!! berapa kali saya menggunakan tanda petik("") dalam ulasan ini? hahaha.
Well, mengenai acara, tepat pukul 19.30 acara dimulai. Sangat-sangat sedikit terlambat dari yang dijadwalkan pukul 7 pm karena biasanya event sering molor lebih lama. Menarik, karena crowds juga sudah banyak yang datang. Hal yang langka terjadi bila band-band lokal Jogja sendiri yang akan perform. Sekali lagi saya berkata “entah”, karena tujuan apresiasi local scenester terhadap band-band dari kota mereka sendiri tak se-cult terhadap band-band dari Bandung dan Jakarta.
Dibuka oleh penampilan band lokal Rizky Summerbee & the Honeythief (70’s psychecelic/progressive art rock/jazz/folk/blues).
Mereka adalah band yang semua personelnya “sekolah”. Jadi tak heran jika mereka benar-benar paham tentang teori,meramu, meracik, mementaskan musik, hingga menulis lirik dengan sangat baik. Amat baik. Pattern nada yang berubah-ubah pada setiap lagu. Mengaduk-aduk intelegensia dan kadang membuat kita mengernyitkan dahi saat mulai berusaha mencernanya atau malah membuat kita tak peduli sama sekali dengan mendengarkannya sambil lalu. Mereka membawakan lagu-lagu dari album mereka “the Place I Wanna Go”.
Kemudian dilanjutkan Melancholic Bitch (indie/pop/trip-hop/sky-pop).
Kalo yang satu ini mah tak perlu diragukan lagi. Eksistensi di musik untuk tetap memilih jalur pop-underground selama 10 tahun lebih, bukanlah hal yang sepele.Amiiin. mereka membawakan lagu-lagu dari album kedua mereka, Balada Susi dan Joni, yang rilis awal tahun 2009. Keseluruhan lagu yang mereka bawakan berbahasa Indonesia yang memukau. Absurd, rumbling, random, mistis, dan suram, itulah impression yang selalu saya temukan saat mendengarkan lagu-lagu mereka. Emosi saya terkuras habis menyaksikan dan mendengarkan mereka. ditambah lagi pembawaan Ugo (vokalis) yang full and total comprehension di panggung. Menciptakan atmosfer mistis tak karuan, saya merinding dan ejakulasi di tempat bertubi-tubi.
Dan puncaknya adalah Efek Rumah Kaca. Mereka membawakan 15 lagu lebih, baik dari album ke-1 dan ke-2. well, penampilan mereka secara keseluruhan biasa. Bagi saya tidak terasa se-nikmat saat bersenggama pertama kali di Mes56 beberapa waktu lalu. Hal tersebut karena 1) faktor venue yang yang membatasi. Tampaknya kurang cocok jika menyaksikan perform mereka tanpa mendekat dan ber-sing along. 2) Rundown yang kurang pas karena meletakkan ERK setelah dua band yang trengginas sebelumnya.
Setelah selesai, dilanjutkan sesi foto-foto bersama artis. Tapi saya malas hehehehhe.
oya, hampir kelupaan disebut. Sepanjang acara berlangsung juga ada screening art visualisation karya Eko Nugroho yang sangat menarik.
Dan coba hitung!!! berapa kali saya menggunakan tanda petik("") dalam ulasan ini? hahaha.
Subscribe to:
Posts (Atom)