Selalu saja ada apologi kecil-kecilan ketika kita meninggalkan sesuatu yang terlanjur dipandang merupakan kewajiban. Setidaknya kita akan ribet membuat pembenaran atau lebih tepatnya self-defense ketika terlalu lama pulang dari jalan yang lain. Dalam urusan meng-update blog contohnya – sadar dengan jeda yang sah untuk dikatakan terlalu lama, maka segera saja kalimat sejenis “ Wah udah lama ni gak update karena sibuknya rutinitas… bla bla bla” muncul sebagai pembuka. Diakui atau tidak, hal tersebut adalah sensasi penyesalan. Menyesal? Apakah benar demikian adanya? Definitely maybe.
Oh bukan, bukan! Saya sama sekali tak bermaksud membuka paragraf sarkas. Karena saya juga hanyalah bagian dari setiap orang, maka permisi wahai pembaca yang saya muliakan, this will be another cliché, I warned you advance. Hehehehe.
Alasan paling utama adalah jelas, saya akui bahwa saya orang yang sering menemui saat-saat yang terlalu banyak pertimbangan. Amat terlalu mempertimbangkan segala hal dalam melakukan sesuatu. Pertimbangan adalah gejala dari ketakutan yang saya buat-buat sendiri – seperti apakah tulisan saya akan jatuh pada hal cheesy, apakah tulisan saya akan disukai pembaca, apakah tulisan saya sudah menggunakan EYD yang baik dan benar, apakah tulisan saya ini akan bermutu, apakah tulisan saya nanti memiliki kedalaman substansi, dan apakah-apakah lainnya yang akhirnya merenggut makna menulis itu sendiri atau lebih tepatnya nulis di dinding blog iu sendiri.
Alasan berikutnya adalah… hmm well, my blog name is “Love, Hate, Life in The Machine” dengan tagline yang memantapkan bahwa “Ini semua soal emosi yang mendasar dalam hidup”. Jadi, setiap hal yang tertuang pun secara tegas mensyaratkan adanya keterikatan antara emosi saya dengan apa yang akan saya sampaikan. Nah, jika keterikatan emosi telah menjadi syarat, lantas apakah mungkin saya akan menulis untuk blog ini, jika dalam diri saya sedang tidak terjadi pergolakan emosi?
Jawabannya mutlak, TIDAK MUNGKIN saudara-saudara. Saya tidak mungkin menulis untuk blog ini dengan tanpa pergolakan emosi. Atau lebih jelasnya, saya tidak mungkin menulis untuk blog ini, saat hati saya kering. Kering karena tidak merasakan CINTA (Hihihihihi) yang mendebarkan terhadap seseorang (dalam hal ini, lawan jenis :P). Kering juga karena saya tidak merasakan BENCI yang berapi-api terhadap siapapun.
“PICISAN ya kesannya?”. Yeap! Jika kamu berpikir demikian. Dan saya tidak akan menyibukkan diri untuk membuat paragraf bantahan jika dilekati demikian. Karena pada mungkin intinya, saya hanya akan menyediakan paragraf-paragraf pengakuan, bahwa saya sedang jatuh cinta (lagi). Dan paragraf-pragraf ajakan untuk “Mari mencinta”.
Karena setidaknya, cinta lah yang menjadi alasan saya untuk melihat langit bukanlah sekedar langsiran biru tempat bergelantungannya awan yang bergerak, atau pun hitam yang jumud saat ia menutup cahaya bintang-bintang. Cinta jugalah yang membuat saya mendengar secara lebih sabar konsonan maupun disonan gemericik air hujan lebih dari sekedar benda kecil yang menghantam atap kosan saya yang mulai sering bocor.
Eum, tentang ajakan “Mari Mencinta”, saya pernah menulisnya di twitter pada account @bandeenk, tepatnya tanggal 6 Juni lalu (lawas cah...). Semacam twit-series mungkin, dan mendapat respon yang cukup bagus dari beberapa follower. Inilah twit-series tersebut, yang juga saya tetap menyertakan beberapa jawaban saya kepada teman-teman yang menanggapinya -- meskipun saya kesulitan mencari tanggapannya berupa apa itu hahahaha yo ben lah;
Ah ya! Regular
Oh bukan, bukan! Saya sama sekali tak bermaksud membuka paragraf sarkas. Karena saya juga hanyalah bagian dari setiap orang, maka permisi wahai pembaca yang saya muliakan, this will be another cliché, I warned you advance. Hehehehe.
Alasan paling utama adalah jelas, saya akui bahwa saya orang yang sering menemui saat-saat yang terlalu banyak pertimbangan. Amat terlalu mempertimbangkan segala hal dalam melakukan sesuatu. Pertimbangan adalah gejala dari ketakutan yang saya buat-buat sendiri – seperti apakah tulisan saya akan jatuh pada hal cheesy, apakah tulisan saya akan disukai pembaca, apakah tulisan saya sudah menggunakan EYD yang baik dan benar, apakah tulisan saya ini akan bermutu, apakah tulisan saya nanti memiliki kedalaman substansi, dan apakah-apakah lainnya yang akhirnya merenggut makna menulis itu sendiri atau lebih tepatnya nulis di dinding blog iu sendiri.
Alasan berikutnya adalah… hmm well, my blog name is “Love, Hate, Life in The Machine” dengan tagline yang memantapkan bahwa “Ini semua soal emosi yang mendasar dalam hidup”. Jadi, setiap hal yang tertuang pun secara tegas mensyaratkan adanya keterikatan antara emosi saya dengan apa yang akan saya sampaikan. Nah, jika keterikatan emosi telah menjadi syarat, lantas apakah mungkin saya akan menulis untuk blog ini, jika dalam diri saya sedang tidak terjadi pergolakan emosi?
Jawabannya mutlak, TIDAK MUNGKIN saudara-saudara. Saya tidak mungkin menulis untuk blog ini dengan tanpa pergolakan emosi. Atau lebih jelasnya, saya tidak mungkin menulis untuk blog ini, saat hati saya kering. Kering karena tidak merasakan CINTA (Hihihihihi) yang mendebarkan terhadap seseorang (dalam hal ini, lawan jenis :P). Kering juga karena saya tidak merasakan BENCI yang berapi-api terhadap siapapun.
“PICISAN ya kesannya?”. Yeap! Jika kamu berpikir demikian. Dan saya tidak akan menyibukkan diri untuk membuat paragraf bantahan jika dilekati demikian. Karena pada mungkin intinya, saya hanya akan menyediakan paragraf-paragraf pengakuan, bahwa saya sedang jatuh cinta (lagi). Dan paragraf-pragraf ajakan untuk “Mari mencinta”.
Karena setidaknya, cinta lah yang menjadi alasan saya untuk melihat langit bukanlah sekedar langsiran biru tempat bergelantungannya awan yang bergerak, atau pun hitam yang jumud saat ia menutup cahaya bintang-bintang. Cinta jugalah yang membuat saya mendengar secara lebih sabar konsonan maupun disonan gemericik air hujan lebih dari sekedar benda kecil yang menghantam atap kosan saya yang mulai sering bocor.
Eum, tentang ajakan “Mari Mencinta”, saya pernah menulisnya di twitter pada account @bandeenk, tepatnya tanggal 6 Juni lalu (lawas cah...). Semacam twit-series mungkin, dan mendapat respon yang cukup bagus dari beberapa follower. Inilah twit-series tersebut, yang juga saya tetap menyertakan beberapa jawaban saya kepada teman-teman yang menanggapinya -- meskipun saya kesulitan mencari tanggapannya berupa apa itu hahahaha yo ben lah;
• May I talk about #love on this sat-night, lads?
-----------------------------------------------------------------------------
Status tersebut sebagai kalimat pembuka, yang kemudian mendapat beberapa tanggapan positif yang mengharuskan saya bertanggungjawab untuk melanjutkan twit saya. Lalu saya mulai meracau di twitter sebagai berikut ;------------------------------------------------------------------------------
• Ternyata memang sy hanya jatuh cinta pd wanita yg mampu tidak sepakat dg opini sy, dan dy menang #love
• @arlisaiconk tenang! bukan masalah romance kok :P
• Well. Bbrpa #single person melakukan pembelaan dg sjenis "I'm an independent wo/man", dan kemudian menutup perasaan mreka. #love
• #single person jg membela bhwa "This's my life choice". #love
• kasus yg lebih parah sy temui. #single person, mencibir aktivitas relationship adalah buang-buang waktu. #love
• But wait! yg sy utarakan td bukan para #single person yg ttp mencinta even w/out relationship loh ya. hehehehe #love
• Bg yg menganggap bhwa kegiatan loving/being loved adlah wasting time. Hidup kalian ngapain? kejar karir? cari status? cari duit? #love
• Lalu kalo udah pny duit, pnya jabatan, bukankah everybody aim to be happy? #love
• @arman_dhani hahahahahahahahhaha. Jgn berhenti dan takut mencinta ya, sayang! :) #love
• Ok, ini bukan serangan. Tp sapaan sayang sy kpd para follower yg bgtu rendah hati untuk tetap jd follower sy. #love
• Selanjutnya sy akan mbahas, why we should have to be in #relationship. #love
• Bagi kalian yg Rockers. Tentu familiar dg (lagi2) "No social revolution w/out personal revolution" - Jim Morrison. #love
• Bagi kalian penganut utopis anarkis, tentu kalian tahu bhwa landasan semua kesadaraan sosial berawal dari cinta. #love
• @selly_ros @ip0ell hahahahah Enjoy, #love!
• Kaitan perkataan om Jim td dg #relationship adlah -- Jk tdpat byk pasangan yg slg mencintai, maka akan tercipta dunia yg slg mengerti #love
• #relationship adlah upaya plig mikro dr sebuah bentuk state. karna didalamnya tdpat mekanisme saling awas-mengawasi (panopticon). #love
• @frauleinaline thanks, dear! #love
• Pernahkah kalian mengamati teman dekat kalian bhw mereka yg in #relationship (engage/married) slalu lbh baik dlm hal manjemen ego?
• Yah sperti yg sy bilang tadi dlm #relationship ada mekanisme saling berbagi. Setidaknya berlatih berbagi. #love
• Pernahkah kalian jg merasa bhwa org yg kalian taksir berat, tnyata byk jg yg naksir? #love
• Jika pernah, berarti teori keterkaitan alam semesta (multiverse), terbukti BENAR. #love
• Setiap pergerakan materi, akan diikuti pergerakan materi yg lain. Trmasuk dalam hal mencintai seseorang. #love
• Pernahkah kalian mengamati bagaimana kelompok besar ikan yg melakukan perpindahan, mampu berbelok scra bersamaan? #love
• Pernahkah kalian menyelami, mgpa setiap ajakan berubah slalu dikatakan "mulai dari diri sendiri"? #love
• Ok, landasan logika ttg keterkaitan #love,relationship,change,state,dan panopticon sudah sy paparkan dibawah. Slanjutnya, mari kita gabung.
• Bentar! I need to make a cup of coffee :D
• Lanjut ah tentang twit-series #love :D
1) Bagi penganut agama, pasti sepakat dg "Tuhan menciptakan dan memelihara semesta dg cinta" #love.
2) Jika seseorang mencintai apapun dg tulus, maka dy akan mulai bljar berbagi ego. #love
3) jika berbagi ego telah sukses minimal dg pasangan, maka dy tdk kesulitan berbagi ego dg lainnya. Ingat petuah Morrison. #love
4) Dlm skala makro, jika stiap org tlah menerapkan sharing ego, maka gk bakal ada tuh saling mencurangi. #love
5) Tp nyatanya tidak semudah itu membangun state in relationship yag sehat. #love
@yogaslavianarmy ini diluar bahasan Freudian boy!
6) Seringkali kita menyerah dg ketulusan dalam hal mencintai. #love
7) Kemudian kita juga sering lupa untuk melakukan continous improvement thdp diri kita ktika tlh merasa dicintai. #love
8) Stiap pergerakan partikel mjdi senyawa slalu diikuti pgrakan partikel lain, kdg yg mengikutinya menimbulkan gesekan (konflik). #love
9) saat tjdi konflik tersebutlah, seringkali cinta bergeser mjdi jeratan kepentingan hasrat dan sepihak. Hati2x! :D #love
10) Intinya adalah, mencintalah! Jgan takut akan kepedihannya. smakin tercekik, maka kebahagian yg dituai akan lebih indah. sekian #love
Syahdan. Gairah menulis dalam diri saya perlahan mulai bangkit kembali.Sebelum akhirnya saya dibuai mimpi menjadi manusia normal peradaban yang berteknik. Iya, “berteknik”. Teknik bagaimana kamu harus hidup. Teknik bagaimana kamu harus membuat forecast tentang apa-apa yang akan jadi masa depanmu 10-20 tahun lagi. Teknik tentang kendaraan apa yang akan kamu punyai dalam waktu dekat. Teknik tentang bagaimana, kapan, dan dengan siapa kamu akan menikah. Teknik apa pekerjaanmu nanti. Teknik memakai dasi dan jas mahal dalam acara makan malam dengan superclass. Teknik bagaimana membuat investasi untuk masa depan sebelum akhirnya kamu pensiun di usia 60-an.
"Dan teknik menyesal di masa tua karena menunda-nunda melakukan hal-hal yang benar-benar menarik dalam hidup dan saat itu saya tak lagi punya energi untuk melakukannya." (adaptasi dari novel Paulo Coelho)
Ah ya! Regular
No comments:
Post a Comment